Powered By Blogger

welcome to aziz's blog

Enjoy The Mosaic of Thought


Hit Counter
Free Counter



Jumat, 02 Januari 2009

IJTIHAD: SEBAGAI BENTUK PEMAHAMAN DIRI TERHADAP AGAMA

Menurut sebagian kalangan pintu ijtihad telah tertutup sejak abad ke empat Hijriyah, dengan munculnya Al-asy’ari dari mazhab mu’tazilah. Apakah pintu ijtihad sudah benar-benar ditutup? Pertanyaan ini masih perlu kita kaji lebih jauh lagi. Hal ini dikarenakan bahkan rasulullah sebenarnya menganjurkan untuk selalu belajar, dari kita lahir hingga masuk liang lahat. Hal ini menunjukan bahwa pengkajian terhadap ilmu-ilmu agama adalah sebuah keniscayaan. Terutama dalam bidang fikih, karena dalam bidang inilah pertentangan-pertentangan dalam islam tumbuh, sehingga menyebabkan peradaban kita sebagai muslim tertinggal jauh dari peradaban barat.
Menurut cak Nur dalam penafsirannya terhadap Q.s. Lukman ayat 27, menyataakan bahwa cakupan ilmu tuhan (agama), itu sangatlah luas, sehingga percobaan untuk memahaminya akan tidak pernah sempurna. Namun justru usaha memahami itu adalah salah satu perintah Allah, dan kita di beri kewenangan untuk bertindak sesuai dengan pemahaman kita betapapun tidak sempurnanya pemahaman kita itu. Dan inilah hakikat dari ijtihad yang sangat dianjurkan oleh Rosulullah.
Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya Allah dan Rosulullah, menganjurkan kita untuk selalu berijtihad, sehingga secara langsung akan mematahkan pendapat bahwa pintu ijtihad tidak pernah ditutup. Dan hal ini di perkuat oleh Allah yang memerintahkan kita untuk selalu berfikir untuk mengungkap rahasia-rahasia tuhan yang berhubungan dengan agama atau sosial, yang fisik maupun metafisik.
Sehingga ketika dalam berijtihad tidak ada istilah ijtihad yang benar maupun yang salah, karena ijtihad menunjukan sejauh mana kita mengungkap rasia-rahasia atau hukum-hukum tuhan berdasarkan kedalaman pemahaman agama kita masing-masing. Tinggal disini kemauan kita untuk menyadari apakah hasil dari ijtihad kita pantas untuk disebarkan kepada orang lain ataukah cukup untuk diri kita sendiri saja. Tergantung dari kompetensi kita dalam melakukan ijtihad itu sendiri, sehingga dalam berijtihad memiliki dasar-dasar yang kuat.
Dan apabila ada orang yang kurang setuju atau menolak, sebaiknya di ungkapkan melalui tulisan artikel atau buku atau media lainnya, bukannya langsung menindak dengan kekerasan fisik, seperti yang selalu terjadi selam ini di lingkungan sekitar kita. Karena tindakan tersebut hanya akan semakin mematikan kreatifitas dalam berpikir seseoarang. Apabila kita mengaca pada sejarah, yang membuat islam mencapai punak kejayaannya adalah adanya kebebasan dalam berfikir, seperti yang terdapat pada masa-masa abad ke dua hijriyah. Dimana masyarakat memberikan kebebasan berfikir bagi setiap individu, sehingga muncullah nama-nama seperti Ibnu Sina, Al farabi,Ibnu Rusyd, dll.
Akhirnya, masih menurut Cak Nur, karena kenisbian manusia dan kemampuan-kemampuannya, termasuk intelektua maka hasil dari suatu ijtihad tidak pernah mengikat secara umum. Dan kita harus selalu ingat bahwa tidak semua kebenaran berlaku untuk selamanya, karena yang kekal adalah Allah dan perubahan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

sunset

sunset
waktu selalu mengejar